Senin, 03 Juni 2013

Ande-Ande Lumut dan 3 Klenting



DRAMA ANDE-ANDE LUMUT WARNING: Plesetan, wkwk :) (7 Orang)

Nara: Di sebuah desa yang bernama NDEMUT, hiduplah sepasang suami-istri yang bahagia. Namun sayang, beberapa saat setelah sang istri melahirkan anak pertamanya, dia meninggal dunia. Pak Pramu (Suami) sangat terpukul. Bertahun-tahun dia menduda dan membesarkan anaknya seorang diri. Hingga dia memutuskan untuk menikah lagi. Beberapa hari setelah pernikahan, Pak Pramu pergi berburu dan meninggalkan keluarganya.
Pk. Pramu: Istriku, aku pergi dulu. Jaga dirimu dan anak-anak ya.
Mbok Ro: Iya, hati-hati di jalan.
Pk. Pramu: Pasti! Klenting merah, hijau, dan Shirin. Ayah pergi dulu.
Klenting (2), Shirin: Iya ayah. (Pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya)
Mbok Ro: (Berbalik)(Tersenyum sinis sambil menunjuk Shirin) mulai sekarang namamu menjadi Kuning! KLENTING KUNING! Dan kamu harus menuruti semua kata-kataku. Mengerti!
Kuning: I-iya ibu.
Merah: Ibu, bagaimana jika kuning tidur di gudang saja? 
Hijau: Iya Ibu, jika dilihat dari penampilannya (melirik dari atas ke bawah), sepertinya dia cocok tidur di gudang.
Mbok Ro: Benar juga, kuning, mulai sekarang kamu tidur di gudang! Dan jangan lupa, setelah ini kamu bersih-bersih rumah!
Kuning: Baik bu.
Nara: Sejak saat itu, klenting kuning atau Shirin selalu disiksa. Setiap malam dia menangis dan berdoa semoga ibu tirinya serta saudara tirinya segera meninggal dengan mengenaskan. Tetapi terkadang kuning mendengar suara ibu aslinya, beliau memeringatinya agar tidak berbuat jahat. Sehingga dengan berat hati kuning mengurungkan niatnya. Berbulan-bulan, setelah kuning melewati masa penyiksaan kerja rodi, kuning mendengar berita dari kakak-kakaknya jika esok pangeran negeri sebrang mengadakan pesta.
Merah: Ah! Besok aku harus berdandan dengan cantik, kalau perlu aku harus pergi ke Larissa.
Hijau: Iya! Aku besok juga akan menampilkan yang terbaik untuk pangeran, sepertinya nanti sore aku harus menata rambutku di salon Pak Dar, aku yakin pasti pangeran akan memilihku.
Merah: Ihh! Hijau! Kamu itu bisanya ikut-ikut saja! dan perlu kamu ketahui, pangeran pasti akan memilihku!
Hijau: Tidak! Siapa yang bilang! Aku itu lebih cantik dari kakak! Kakak kan sudah tua!
Merah: Eiitss! Umur kakak masih 18 tahun!
Mbok Ro: Diam! Ada apa ini? Kenapa berisik sekali?
Hijau,  merah: (saling tunjuk) dia yang memulai duluan
Mbok Ro: (memijit pelipis) sebenarnya ada apa?
Merah: Pangeran dari negeri sebrang mengadakan pesta
Hijau: Dan menurut di dongeng-dongeng, nanti pasti juga ada pemilihan putri.
Mbok Ro:  Benar juga! Ah! Dan jika salah satu diantara kalian dipilih, pasti kita akan menjadi kaya raya!
Hijau, Merah: Tentu saja ibu! Maka dari itu, mulai hari ini kita harus bersiap-siap.
Mbok Ro: Kuning! Cepat kemari!
Kuning: Iya bu, ada apa?
Mbok Ro: Cepat siapkan semua baju dan sepatu terbaik merah dan hijau!
Kuning: Baik Ibu.
Nara: Esoknya, Merah, Hijau dan Mbok Ro, telah bersiap-siap di depan rumah. Menunggu kereta kuda. 4 jam lamanya mereka menunggu, namun tidak datang juga, karena mereka putus asa, akhirnya Mbok Ro menghentikan angkutan yang lewat. Setelah Mbok Ro dan Kedua anaknya meninggalkan rumah. Diam-diam Kuning pergi menuju istana sebrang, melewati sungai. Di sungai, dia bertemu dengan Macan Magang.
Macan Magang: (menggigit sebuah lidi) Nona yang cantik, mau kemana?
Kuning: Aku mau ke istana sebrang! Bisakah kau membantuku melewati sungai ini?
Macan Magang: Tentu, naiklah kepunggungku. Kau tau arahnyakan?
Kuning: Iya.
Nara: Macan Magang membantu kuning menyebrangi jalan dengan kekuatan super. Setelah beberapa menit, mereka telah sampai di depan istana. Istana yang begitu megah dan ramai. Kuning tersenyum terhadap Macan.
Kuning: Terimakasih!
Macan: Iya! Justru aku yang berterima kasih, karena kau sudah membawaku kemari.
Kuning: memang kau belum pernah kemari?
Macan: Belum. Sebaiknya kau cepat masuk.
Kuning: Baiklah.
Nara: Kuning memasuki istana yang membahana itu. Berkali-kali ia di buat kagum oleh keindahan ukiran dinding istana. Emas murni. Saat Kuning mendekati meja makan, tiba-tiba dari luar ada seseorang berteriak. Membuat seluruh orang di dalam menoleh keasal suara. Rupanya ada orang yang membawa senjata! Kuning memicingkan matanya. Betapa terkejutnya ia ketika tau, orang yang membawa senjata itu adalah Macan Magang tadi.
Macan Magang: Pangeran! Dimana dia!
Pangeran: Aku disini! Ada apa? Kau tidak lihat, kau membuat seluruh wargaku ketakutan! Lepaskan senjata itu, atau kupanggilkan penjaga!
Macan Magang: (tersenyum sinis) Panggil saja!
Pangeran: Penjaga! Penjaga!
Nara: Sepi.. tidak ada balasan, pangeran mulai gelisah, diapun berlari keluar. Ternyata para penjaga telah diikat di tiang bendera.
Pangeran: Apa ini? Kau! Apa maumu?
Macan: Mauku hanya satu! Aku akan membalas dendamkan kematian keluargaku yang  pernah kau perbudak!
Pangeran: Apa! Aku tidak mengerti apa yang kau katakan!
Macan: Sudah, tidak usah berlagak bodoh! Aku bosan berbasa-basi! Cepat serangg!!!!
Nara: Kuning berlari tidak tau arah, begitu pula dengan orang –orang yang hadir disana. Namun saat akan keluar istana, dia bertabrakan dengan Merah dan Hijau. Mereka saling pandang. Tetapi, bukannya melanjutkan pergi keluar mereka justru pergi ke tempat makanan. Mereka bertiga saling lempar makanan yang ada di situ dengan senjata yang tertempel di dinding. Dan hasilnya perang-perangan yang tidak jelas.Tapi sebuah suara yang menggelegar menghentikan mereka.
Mbok Ro: Hentikkkaaannn!!!!! Apa-apaan ini?
Macan: Kau! Jangan ikut campur urusanku dengan dia!
Mbok Ro: Hei! Kau tidak lihat keadaan istana ini? B-E-R-A-N-T-A-K-A-N! Dan lihat keadaan kalian, menjadi kotor!
Merah, Hijau: Ibu!
Mbok Ro: Kalian berdua juga apa? Kotor dan (sniff sniff) Bau!
Merah: ini semua salah kuning!
Hijau: benar bu!
Mbok Ro: itu tidak penting! Sekarang kalian semua pulang! Termasuk kamu Kuning!
Kuning: baiklah ibu, tapi bolehkah aku minta 1 permintaan seumur hidupku?
Mbok Ro: Apa? Sepertinya aku juga mulai sadar akan kesalahanku selama ini?
Kuning: Apa aku boleh minta foto kalian? (Macan, Pangeran, Merah, Hijau, Nara)
 Dan setelah itu saling bermaaf-maafan? Kita tidak boleh saling menyimpan dendam, karena itu tidak baik
Macan: Hah! benar juga dendam itu tidak baik!

Merah: Iya, aku juga merasa seperti itu.
Mbok Ro: Baiklah! Ayo kita berfoto!
All: Chess!