Di toilet, Tya sedang
merintih kesakitan. Dia berulang – ulang membasuh mukanya. Banyak sekali darah
yang ia keluarkan melalui matanya.
Tya: ( Mematikan kran air ) hiks.. hiks.. apa yang
terjadi? Dan kenapa mataku mengeluarkan darah? ( menangis ) apakah penyakit itu
masih ada?
Siska yang melihat Tya seperti itu, terkejut. Siska
mematung, ia tak berkedip sedikitpun. Ia tidak tau apa yang harus ia perbuat,
dan bagaimana perasaannya saat melihat sahabatnya seperti itu. Hingga akhirnya
air mata yang menjawab bagaimana perasaanya sekarang.
Siska: Tya? Apa benar ini dirimu? (memeluk Tya dari
samping ) Apa kau baik – baik saja?
Tya: ( mengusap air matanya ) Aku baik – baik saja
Sis, sudahlah .. Yuk keluar! Gak baik lama – lama di Toilet.
Siska: Apa penyakitmu kambuh lagi?
Tya: ( Menggeleng kemudian menangis kembali ) Aku gak
tau Sis.. Aku gak tau..
Siska: ( Melihat pergelangan tangan kanan Tya yang
berwarna merah ) Tanganmu juga kenapa Tya?
Tya: Rio... Rio yang melakukanya..
Siska: Rio? Rio ngapain kamu?
Tya: Rio memaksaku untuk ikut dengannya, kurasa kau
dan Erika sudah tau.
Siska: Jadi wanita tadi itu kamu?
Tya: ( mengangguk )
Siska: Maafkan aku Tya.. Maafkan aku.. Aku gak tau
kalau itu kamu.. dan Erika..?
Tya: Aku tau jawabanya. ( mengusap air matanya lagi )
Sudahlah, kita gak pantes nangis – nangis di toilet.
Siska: Maafkan aku, aku tak bisa membantumu..
Tya: ( menggandeng tangan Siska ) Iya. Justru aku mau
berterima kasih kepadamu. Karenamu aku bisa sedikit lebih tegar. Ayo..! (
meninggalkan Toilet )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar